KABARPALU.NET - Sebagaimana di zaman modern, dunia kuno juga punya ‘selebriti’ terkenal. Mereka adalah para gladiator Kekaisaran Romawi.

Dalam sejarah gemilang Kekaisaran Romawi, para gladiator bukan hanya pejuang biasa, melainkan juga bintang-bintang panggung di sekitar 400 amfiteater yang tersebar di seluruh penjuru kekaisaran. Kehidupan sulit mereka, seringkali dipaksa untuk berperang sebagai budak, tidak menghalangi mereka meraih ketenaran yang besar di mata masyarakat Romawi kuno.

Para gladiator tak hanya bertarung satu sama lain, melainkan sering kali berhadapan dengan hewan buas seperti singa dan harimau di amfiteater. Beberapa di antara mereka menjalani kehidupan singkat, sementara yang lain, dengan keterampilan bertarung yang unggul, bisa berharap untuk pensiun sebagai orang kaya dan bebas.

Baca Juga: Dibalik Glitter dan Darah: Jejak Kehidupan Gladiator Romawi

Nama gladiator sendiri berasal dari 'gladius', pedang pendek Romawi yang menjadi senjata standar mereka.

Salah satu gladiator Roma yang paling terkenal adalah Spiculus, yang bertarung di pertengahan abad pertama Masehi dan menjadi favorit Kaisar Nero. Nero bahkan memberinya properti dan uang sebagai pengakuan atas kehebatannya. Marcus Attilius, seorang gladiator kelahiran bebas, juga menjadi terkenal atas kemenangan-kemenangannya yang panjang.

Pada masa kejayaan gladiator, bahkan seorang kaisar Roma, Commodus, terlibat langsung dalam pertarungan di Amfiteater Flavia. Commodus, seorang secuto, terlibat dalam pertarungan satu lawan satu dan bahkan menyelamatkan nyawa para gladiator yang kalah darinya. Namun, perilakunya yang ekstrem, seperti membunuh lusinan hewan dalam satu penampilan, dianggap tidak pantas oleh aristokrasi Romawi.

Pada akhirnya, kehidupan Commodus berakhir tragis ketika dia dicekik sampai mati oleh seorang pegulat bernama Narcissus.

Namun, di antara semua gladiator terkenal, tidak ada yang bisa menandingi kepopuleran Spartacus. Lahir sekitar tahun 110 SM, Spartacus, awalnya adalah seorang tentara bayaran Romawi yang ditangkap dan dijadikan gladiator. Ia memimpin pemberontakan budak pada tahun 73 SM, menguasai wilayah selama dua tahun penuh sebelum akhirnya dikalahkan oleh pasukan Romawi di Pertempuran Sungai Silarius.

Sebagai akhir dari kisah epik Spartacus, 6.000 gladiator yang bergabung dengan pemberontakannya disalib di sepanjang jalan dari Capua ke Roma.

Dengan keberanian dan perlawanan mereka, para gladiator terbesar Kekaisaran Romawi tidak hanya menjadi bintang di amfiteater, tetapi juga musuh utama bagi kekuatan Romawi pada akhir periode Republik. Sebuah kisah heroik dan pemberontakan yang tetap hidup dalam sejarah megah Romawi.***